Saturday, August 18, 2018

11 : Still into you

Langit fajar yang kejinggaan mulai beranjak ketika Rombongan sampai di Stasiun. 
Menyisakan satu malam pekat di kota Jogja yang membuat Argi dan Ardi tak bisa melupa 
Memberi satu asa di kota Jogja yang membuat Kanaya tak lagi merasa hampa
Tak apa, batin Kanaya
Tak apa jika ia harus berkompromi dengan waktu yang lebih lama
Tak apa jika ia dianggap keras kepala dengan adanya harapan yang terus bergema
Karena selalu ada tempat kembali merajut semua yang mungkin cuma-cuma
Di pelukan Mama..
                                                                    ***
Jam menunjukkan pukul 05.00 ketika Kanaya selesai solat subuh di mushola Stasiun Tugu Yogyakarta,
Dari bangku tunggu dekat mushola, ia menunggu Argi yang masih menunaikan kewajiban paginya.
Terpisah dengan ruang dan kaca bening yang menutupi musola,
Ditatapnya punggung lelaki yang sudah setahun ini bertengger di hatinya,
Lelaki yang sedang menelungkupkan kedua tangan di atas perut itu, adalah lelaki yang sama yang pernah membuatnya menangis bermalam-malam di sudur kamar,
pernah membuatnya jatuh, terdampar dan tak peduli sekitar, 
pernah membuatnya ingin lekas resign dan memilih tersamar, 
pernah membuatnya menjalani kedekatan singkat dengan beberapa pria sekedar pengisi weekendnya yang berujung tawar
Namun, di atas semua itu, Argi adalah lelaki yang pernah membuatnya tak hilang sinar
Lelaki yang kini sedang bersimpuh tangan memohon pada-Nya adalah lelaki yang membuat Kanaya merasakan sakitnya hati yang berserakan
membuatnya belajar lagi arti kesabaran (bagi seorang wanita)
membuatnya belajar lagi lebih peka dan pengertian,
membuatnya lebih menghargai lagi sesama,
membuatnya lebih menghargai hal kecil yang dia punya
membuatnya lebih dekat dengan Sang Pencipta
If there is a time in life when everything arround you get blurry and there is only one thing you stay focus at, this is the time for Kanaya. Stay focus on Argi. 
"Pria mana aja kalo lagi subuh keliatan cakep ya, Nay."
"Eh, Di. Apasih nyamber aja," sahutnya pada Ardi yang ia tak tahu sejak kapan ada di sebelahnya.
"Itu," pandangannya menuju Argi yang masih bersila.
"Gue keliatan cakep juga ga, Nay kalo lagi solat gitu?"
"Ya mana gue tau. Iya kali."kesal Kanaya pada teman di sebelahnya.
"Kalo ternyata abang gue suka sama lo gimana, Nay?" tanyanya tanpa tedeng aling-aling.
"Ah ya nggak mungkinlah. Boro-boro. Gue mah dilewatin doang sama mas Argi."
"I said, what if, Nay? Kok jadi panik gitu. "
"Ya ngga bisa, kan ngga bakal kejadian,"
"Yaudah diganti aja pertanyaannya, ya. Gimana kalo ternyata aku suka kamu, Nay?"
"Apasih Ardiiiiii! Aku kamu aku kamu, gelaay." Kanaya meninju pelan, mendorong Ardi menjauh darinya, jijik. 
Dan setelah berbulan-berbulan berhadapan dengan naik-turun perasaan dan emosinya, juga  berperang dengan akal dan nalurinya,
Pagi ini, kali pertama bagi Kanaya akhirnya berdamai dengan perasaannya.
Menyerahkan hatinya.
Menyerahkan semuanya untuk dibuat semaunya oleh Sang Pembolak-balik Hati.
Ia sadar bagaimanapun, sekeras apapun ia meminta, hanya ucapan dan dua tangan yang menengadahlah yang mampu membuat perasaannya agar terbalaskan,
agar tak ada lagi segala bentuk sesal di hari-hari penantian,  
agar dihapuskan jika memang tak benar, 
agar dipertemukan dengan yang menenangkan,
Hanya dengan ucapan dan tangan yang mengadahlah, hatinya dipaksa mampu menerima.

                                                            ***
Langit masih hitam keunguan ketika tangannya menengadah,
Pagi ini, kali pertama bagi Argi akhirnya menemukan yang lama hilang dari harinya.
Melihat kembali hati seorang wanita yang bisa meluluhkan egonya
Melihat kembali seseorang yang kukuh dan teguh memilih menyilakan asanya.
Argi melihat kembali..
Ada hati yang ingin ia jaga dengan semampunya

Pagi ini, kali pertama bagi Argi akhirnya meminta pada-Nya untuk dicarikan tempat

Tempat hatinya menetap
Tempat ia bisa memberikan semuanya untuk dibuat semaunya oleh Sang Pencipta

No comments:

Post a Comment