Tuesday, February 20, 2018

5 : I knew, I'm not the only one.

Kamu yang tak lepas dari angka di keseharianmu, pasti pernah merasa ini.
Kamu yang bersahabat dengan logika di setiap jengkal job deskripsimu, pasti kerap berseberangan dengan hati.
Besok kemana, Nay? whatsapp itu muncul
Hmmm.. belom tau, Mas.
Udah, temenin Mas Argi aja yuk, nyari inspirasi?
Nyari inspirasi? Buaaat?
Bahan presentasi. Mentok. I need something fresh.
Kanaya menatap layar itu lama. Ragu. dan 5 menit berlalu.
Nay? Ngga mau ya. Yaudah sih, memang aku bukan jadi prioritas kamu sih ya.
Sukanya suudzon, Seems we need a coffee yak. Ok then. Aku juga ada deadline dari Mba Renita.
Ok, kita cobain coffee shop yang di dalem mol itu yok, Nay.
Eh di sebelahnya aja tau, Mas. Lebih sepi.
Mau ngapain sepi-sepi? Hahaha. Dasar!

Dan chattingan itu berlanjut hingga lewat tengah malam. Seperti biasa. 
Sudah sekian kali Kanaya memperingatkan hatinya untuk kali ini sejalan dengan logikanya. Bahwa tak ada yang bisa diharapkan lagi dari seorang Argi.
Daripada menambah luka di hati. 
Daripada benci menggerogoti hati yang pelan-pelan menutup diri.
Tapi apalah Kanaya, seorang gadis 25 tahun yang logikanya dibawah kendali si hati 
Lebih memilih tertawa bersama dia yang ia tahu akan membuatnya tak mampu kendalikan hati

                                                                                 ***
Esok harinya, di salah satu sudut kedai waffle.
"It's been a long time nih engga a buat final presentationn model begini", curhat Argi yang sudah habis 2 waffle di mejanya dan hanya menyisakan setengah cangkir kopi
"Tumpul yak. Ah, tapi pasti bisanya kamu mah, Mas."
"Mentok gini.".."Eh nggak berasa yak udah 3 jam lho kita disini."
"Masa sih? Cepet amat yah. Arrggh.. I only get 3 pages. Tapi emang enak yah suasanya di sini."
"Iya, Nay. Padahal di dalem mol yak, tapi ngga terlalu ramai. It will be my fav place maybe."
"Me, first!!" Protesnya yang kemudian melahap sisa waffle di piring Argi.
"Eh, Mas, PInjem HP dong , mau bikin video ala-ala slow movingin ini nih."

Dan ini akibatnya jika hatimu melawang logika, 
Kanaya tak sengaja melihat foto-itu. Foto Argi dengan ketiga perempuan yang berbeda.
Satu temannya yang sedang dirawat, satu lagi bersama perempuan 20tahunan di sebuah coffee shop dan satu lagi bersama wanita yang ia kenal sebagai Ninda di sebuah photobooth kawinan orang.

Mencoba tenang dan datar, muka Kanaya yang memerah memaksanya sibuk kembali dengan mencari object foto. Pikirannya harus dibuat tak fokus dan dengan wajah masih sumringah - buatannya- 
Ia masih iseng menyuruh Argi unutk pose gaya semabarangan. 
Masih juga ia suguhkan tawa ikhlas atas joke-joke garing yang ia dan Argi buat.
Tawa itu masih ada hingga seorang pramusaji mengusir mereka secara halus karena malam sudah lewat jam 11. 

"Pulang aku anter aja ya, Nay."
"Okaay. Mayaaan"
"Kasih bintang limanya ya, Mbak"
"I'll give you 10 star, Massss!! Hahaha"

Di atas motor sambil menatap punggung Argi yang bidang itu, air matanya jatuh dalam diam, dalam bisingnya jalanan Ibu Kota, dalam malam yang mulai mendingin itu dan dalam doa yang akhirnya ia panjatkan untuk minta perasaannya perlahan disingkirkan.
Ia tahu benar, tak ada yang salah dengan perasaannya. Hati dan rasa di dalamnya bebas memilih tuannya masing-masing, bebas memilih kemana ia akan menempatkan setia dan suka itu akan disambut. 
Perasaannya hanya mengekor orang yang salah.
                                                                                       ***
     
Love suppossed to make you happy than suffer.
Harusnya sudah tidak adalagi Sunday spent well or some stuff like that setelah berminggu-minggu Kanaya dibuat menangis oleh lelaki yang membuatnya nyaman dan berakhir jatuh hati.
Harusnya Kanaya dengan mudah menolak ajakan Argi saat meminta perempuan itu ada di salah satu harinya.
Harusnya Kanaya dengan pikirannya bisa melihat jelas, sudah tidak ada lagi hati yang tersisa buatnya .
Harusnya Kanaya dengan lugas bisa berhenti menunggu dan berharap pada Tuan yang tak bisa menyambut setia dan sukanya dengan rasa yang sama.

Harusnya logika dan hati bisa saling berbagi.
Harusnya logika dan hati bisa berjalan bergandengan..bukan bersebrangan

No comments:

Post a Comment