Friday, June 30, 2017

4 : Regretness come lately

Akhirnya.. jatuh juga air mata di pelupuk mata gadis itu.
Tiap kali ia mengawali minggu pagi dengan jogging di tempat yang pernah ia kunjugi bersama lelaki pendobrak hatinya beberapa bulan ini.
Tiap kali ia memutar lagu dengan lirik yang berbeda yang akhirnya pun membawa kenangan-kenangan itu berlalu lalang di pikirannya.
Kanaya, gadis 25 tahun yang sepagi ini tengah sibuk membayangkan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi jika ia memilih 'tidak' pada keinginannya. Sesuatu yang mungkin masih indah, yang masih membuatnya tersenyum sendiri di tengah malam, sesuatu yang membuat pipinya merah.
Jam 4.30 Minggu pagi adalah waktu yang tepat untuk berlari sambil menitik sebulir dua bulir air mata yang sebulan lalu masih menjadi tempat favoritnya.
 Need a HELP, here. 
Dikirimnya sebuah teks singkat ke seseorang.
 What now? Baru banget dibales whatsapp gue kemarin..kemana ajaah?

 I need a space, Ting.. well.. you can see that something I dont need any longer

 What time is this? Please check your clock!!
 I have a headline for youuu, my babyboy..
 So, whats the headline?
 Gue suka Argi, Ting.
 Ok. 10 menit gue sampe kosan lo! 

Kiting a.k.a Ricko datang bak pangeran kuda putih yang hadir menyelamatkan Kanaya lebih cepat dari pangeran-pangeran yang lain. Ia bagai oase yang ada di tengah luasnya padang pasir bagi perempuan itu.
Well..too much decsription about him.
But yes, he is one of man kind that always be there, whenever she needs a shoulder.
"Kenapa baru cerita deh? Takut gue omelin?"
Kanaya mengangguk
"Nay..come on. We've been together for couple years dan lo masih takut gue omelin?"
Kanaya mengangguk.
Dijewernya daun telinga Kanaya oleh sahabat didepannya itu.
"Regret now?"
Kanaya mengangguk. Matanya makin basah.
"Nay, listen to me. You're not supposed to regret. Okay?" ditatapnya mata Kanaya tajam-tajam."You did right and it's good for you. You got what you want. The answer, ya kan. Lo tau sekarang perasaan lelaki lo itu/ There's nothing between you both but office mate, okay?"
Sukses membuat tangan Kanaya gemetaran, Ricko lalu menyodorkan air mineral pada cewek itu..
Logikanya kembali bertitah membenarkan kata-kata sahabat di depannya. Nafasnya kembali sesak. Dadanya kembali sakit.
"Dengan keberanian lo kemarin, Nay, You move step forward. Sekarang, nikmatin dulu deh ya lo nangis-nangis ala abg."
"Kok gitu sih? Any better advice?"
"I think he don't deserve you, Nay. In my eyes ya, He's no prince charming like you sad all the time. Sekali lagi, in my eyes ya, Nay."
"Then?"
"Giving advice for someone in love like we're giving advice to supporter candidates of President tau ngga. Useless."
"Please don't be dong, Ting. Gue itu butuh kata-kata sarkas lo yang populer itu. Please give me some."
"OK. I tell you he's just collecting his fansclub. Bloody hell untuk cowok seumuran dia ya, Nay!"
"Kok lo ngomongnya gitu sih, Ting" matanya kembali berkaca-kaca
"Dear, the fact is, gue lebih lama kerja sama dia dan tahu history dia sama cewe-cewe diluar tim kita, some of them told me by their self, Nay. You should know, lo kan juga sering denger hal itu, tapi itu kuping sama mata lo ditutup kan. Please give me your logic back."
"Itu versi mereka, Ting. Gue udah denger sendiri versi Argi. Banyak diantara mereka dilebih-lebihin."
"Apa bedanya lo dan mereka, Nay?"
Kanaya terdiam lama. Dia ingat kata Argi malam itu di Bogor, di suatu malam yang mereka habiskan bersama.
"Karena trauma itu, Nay. Aku coba berteman sama siapa aja untuk tau karakter lebih banyak orang. Itu salah satu hal yang dari dulu bukan jadi prioritasku."
"Emmmm.." Kanaya fokus mendengar lawan bicaranya disampingya sambil melahap sop duren yang enaknya luar biasa itu. Agak sedikit udik sih memang.
"Mungkin jadinya banyak yang salah paham karena itu, Nay."
"Ya mungkin temen-temen kamu aja terlalu dibawa perasaan, Gi."
"Dan waktu udah nemuin yang sreg lagi, eh malah akunya yang dikibulin. Apes deh."
"Maksud kamu Mbak Kinanti? Have your ever an explanation from her? Yang aku dengar sih belum, ya."
"Memang belum, Nay. Tapi buat apa. Toh yang aku dengar dari sahabatnya itu udah sangat cukup."
"Paling engga, kamu tau seberapa menyesalnya dia, Gi. Seberapa sekarang dia pingin sama kamu kaya dulu lagi.'
"Aku udah bilang kan, Kanayaaaaa... Dengan dia nyogok kamu buat ngebujuk aku juga nggak bakal mengubah apapun tentang aku dan dia. She's past."
"Aku ngga disogok Mba Kinanti yah, Mas Argisara Mahendra. Kan kamu yang kepo sendiri,"
"Maaf Teh, A, kita mau last order. Ada mau nambah sesuatu," tiba-tiba sang pramusaji yang masih abg itu menghampiri meja mereka.
"Emm..boleh satu lagi ya Gi, sop durennya. Enak,"
"Dasar!" Diusapnya kepala Kanaya yang banyak makan malam itu.

"Nay.. udah ngekhayalnya? "
"Hmmm... "
"Stop saying 'cuma dia yang bikin lo nyaman'. Find it. Find your comfiness and happiness in yourself. Eneg ini gue denger cewe-cewe pasti bilang gitu ke Argi"
"Ting.. kok lo gitu sih."
"You ask me!"
"Iya.. I will.. try my best.. with a lil help ya, Ting."ucap Kanaya terbata.
"Sure!"
"Ting.. lo masih ikut terapi kan?"
"Masih, bawel!" 
Kemudian lelaki mesopolitan didepannya melahap habis es Magnum dari lemari pendingin Kanaya.
                                                                                    ***
Berangkat dari kebisingan Ricko semalam, minggu ini adalah bagaimana Kanaya bertahan untuk mengabaikan Argi yang selalu jadi prioritas utamanya akhir-akhir ini.
Kanaya sudah me-reset kembali daftar prioritasnya yang ada dan memajangnya di satu papan vintage di kamarnya.
1. Tahajud dan Dhuha menjadi Wajibnya
2. #Project3 bersama Mba Renita
3.  Lulus S2 Tepat Waktu dengan IPK 3.7.
4. #Poject4 Production Control - Material Local
ditambah 1 lagi : mereset panggilannya ke "Argi" dengan menambahkan selalu imbuhan "Mas" didepannya. Supaya lebih formal. Supaya hatinya bisa berdamai dengan realita bahwa mereka tak lebih dari teman sekantor.
Yang kemudian bertubrukan kembali dengan nyatanya.
"Nay.. nyushi yuk? Aku bisa kabur nih.."
"Kapan? Hari ini banget? Nggak bisa Naya, Mas. Baru pulang jam 8 nanti,"
"OK. Memang sih ya aku bukan prioritas buat kamu. Aku mah apa atuh."
"Hey, nggak usah mulai deh. Siapa yang sukanya nolak duluan." ucap gadis itu sewot. Matanya melotot. Lengan atasnya mulai berotot.
"Yang jadi nyebelin itu siapa? Confess sendiri, ngambil keputusan sendiri, nangis-nangis sendiri."
"Dih siapa yang nangis? Biasa aja."
Dan tak habis sampai situ dua makluk labil itu saling sewot. Sikap jaim, manis dan sungkan yang masih ada beberapa hari lalu seperti sudah menguap diantara keduanya. 
Tapi buat Kanaya, berbaikan dengan Argi adalah kelegaan, kesenangan dan kesedihan dalam satu jalan yang harus ia lewati untuk berdamai dengan dirinya sendiri.
Kelegaan buatnya adalah saat berinteraksi kembali dengan Argi.
Kesenangan untuk nya adalah masih ada waktu yang ia habiskan bersama tawa Argi
dan kesedihan...
adalah harga yang harus ia bayar untuk mendapatkan kelegaan dan kesenangan yang bernama sementara itu.

"Mas Argi dimana? Jadi nonton?" tanya Naya sesampainnya ia di taxi online yang ia pesan. Buru-buru ia menelpon lelaki di seberang sana yang sudah duluan pulang 2 jam lalu.
"Engga. Temen nontonnya sibuk. Ke Kokas aja deh ini," jawab lelaki di sebrang telponnya.
"Sendirian?"
"Iyalah. Pake nanya. Mau nyusul?"
"Hmmm..."
"Ya nggak mungkin juga ya kamu nyusul, Nay. Nggak usah nanya-nanya lah kalau gitu," ujarnya sewot
"Dih.. Ini Naya on the way ke kokas ya, Mas. Sekarang lagi ngapain?
"Loh kamu bisa kelar jam6?"
"Iyalah. Pake nanya. Kalo ngga bisa nggak mungkin telpon, Mas Argi kan."
"Hmm.. hih ni anak ya. Bisa aja ngebalikinnya. Mau disambit apa kamu?"
"Sambit pake hati aja boleeeh?? Hahaha... Yaudah ah, Mas Argi nggak usah bawel, tungguin Naya aja. See you, there!"
"Sushi tei ya, Nay"
"Alhamdulillah rejeki anak sholehah!"
"Dasar kamu!"
"Ayay captain!"
"Yaudah nggak usah lari-lari lagi. Napasnya sampe kaya gitu."
"Eh kedengeran ya, Mas? Hhehe.."
"Ini mau buru-buru ketemu aku ya, Nay."
"Ish... males banget. Udahlah, Bye!" rajuk Kanaya
"Hhahahaha.. sewot gitu. Iya kaan. Yaudah hati-hati kamu, Nay."
Kanaya menutup telepon dengan dongkol sambil tersenyum senang.

20 menit kemudian, Kanaya yang sampai lebih dahulu memesan minuman lebih dahulu. 
"Hai, Nay! Udah lama?"
"Iya nih.. lama banget. Ini mah bakal double volcano roll sama sashimi!" jawabnya menggoda. Melihat sashimi box yang baru lewat dari pandangannya
"Dih! Mungil- mungil malakknya banyak."
"Habis dari mana, Mas Argi?" kemudian ia melihat bungkusan yang Argi bawa,"Ciee..ngeborong ya. Luar biasa, semenjak jadi boss kecil jadi hedon gini ya,"
"Heh...! Suudzon aja ini anak,"memukul pelan kepala Kanaya," Ini tadi aku liat-liat terus ketemu barang yang lagi dicari Ninda. Sekalian aja beli."
"Ninda, customer kita itu?"
"Iya. Dia kemarin ulang tahun, Nay. Pas ulang tahunku kemarin kan dia ngasih sesuatu, yaudah deh sekalian aja ini pas dia ulang tahun, kan,"
"Ohhh..."

No comments:

Post a Comment