Tuesday, July 5, 2016

What did you do, Ma?

Some people do not believe in Karma,
Me? one of them who don't believe something like that
But I do believe a proverb said, "Apa yang kamu tanam, akan kamu tuai hasilnya"

Start form yesterday, in early morning after Subuhan, ritual-ritual itu dimulai
Aku yang mulai melahap novel-novel, Fiya yang kembali tidur dan mama yang mulai sibuk riwa-riwi memadamkan lampu teras, membuka lebar gorden tebal dan pintu depan.
Kemudian mama menyebelahiku duduk di "singgasana"nya yang baru, sofa empuk persis di depan tv yang memang sejak pukul 4 pagi sudah dimatikan,.

Aku mulai minta diceritakan tentang satu persatu kondisi keluargaku.
Bukan tentang mama yang baru tahu kalau beliau disukai duda di seberang sana dan jadi risih karenanya, bukan tentangku dan rencanaku mendaki Gn. Rinjani bulan Agustus nanti dan bukan lagi tentangku yang tak kunjung mengantarkan calon imam di hadapan mama.

Ada sesuatu yang lebih mengusik hatiku, hati Mama dan Fiya dihari sebelumnya.

Pagi itu bukan tentang keluaga kita
Tapi keluarga di seberang sana, yang dulu selalu ada di hari-hari tersusah kami.
Yang selalu bisa diandalkan mama saat ada musibah menghampiri kami,
Yang hampir tak pernah absen menomorsatukan keadaan kami
Salah satu saudara kandung mama yang dulu jadi tumpuan keluarga besar kami,
sedang mengalami musibah dan kesusahan
Omku jatuh sakit, om ku yang ganteng dan gagah itu sakit dan berkali-kali harus berobat
Omku yang dulu sering menraktir kami menginap di hotel sebulan sekali, itu harus dirawat. Tidak cukup sekali
Tak jarang, dia menunda jadwal setelah rawat inap dan lebih memilih obat generik untuk penyakitnya yang agak serius itu
Padahal sebelumnya, Rumah Sakit menjadi langganan beliau ketika ada yang tidak beres mampir di badannya.

Kemudian aku dan mama sama-sama makin kelu, saat mama mulai menceritakan anak bungsunya.
Fyi, dulu anak-anaknya terbiasa dengan fasilitas VIP yang diberikan orangtuanya, sampai beberapa tahun belakangan baru mulai terbiasa dengan keadaan "baru" yang harus mereka jalani.
Anak bungsunya, dengan doa yang luar biasa berhasil masuk SMA favorit di Semarang, SMA  3 Semarang. SMA yang menjadi saksi  hidupku selama 3 tahun.
Can you imagine how happy we are to hear that news!
Akhirnya setelah beberapa generasi, ada juga yang berhasil masuk SMA 3 Semarang
Namun kebahagiaan itu harus sebanding dengan kekecewaan saat keluarnya hasil SNMPTN, kakak cowok, si anak kedua tidak lolos tes UNDIP.
Dan sepertinya harus vacuum sebentar, menyesuaikan keadaan keuangan mereka.
Sepertinya Allah memang sedang menguji keluarga omku,
kemarin lusa, di sore hari Mama dikabari kalau seragam si Bungsu belum diambil karena terkendala biaya.
Omku yang masih dalam keadaan demotivasi, tambah terpukul saat Mama bersedia membantu.
Omku yang dulu gagah dan ganteng, kini merasa gagal menjadi seoarang Ayah.
Hati Mama nyeri, cukup terpukul melihat saudara yang selalu punya pijakan kokoh itu kini oleng.
Aku? Kalau ibarat novel-novel yang kubaca, dadaku rasanya sesak, panas, berharap elusan tangan dapat membatu meringankannya, walaupun tidak.
Sorenya si bungsu telepon ke rumah  2x sampai akhirnya telepon ke kantor Mama
Bungsu : Budhe..
Mama   : Iya Mba.. gimana Mba?
Bungsu : Budhe, tadi Bapak matur, katanya suruh telpon Budhe. Tentang seragam sekolah, Budhe.
Mama   : Iya, Mba. Lha Mba mau ambil kapan? Nanti dianter Budhe aja,
Bungsu : Paling tanggal  14 Juli, Budhe, Soalnya kalo sekarang koperasi udah tutup. Udah ndak bisa ambil seragam lagi.
Mama  : Lhoh, apa nyandak buat jahitinnya, Mba? Mba masuk tanggal 15nya kan?
Bungsu : Ya semoga bisa nyandak, Budhe. Seminggu pertama masih pake seragam smp kok, Budhe kan soalnya masih ospek.
Mama : Oyaudah, nanti tanggal 14 Budhe temenin ambil seragamnya ya.
Bungsu : Ndak papa budhe, Mba sama Mas (kakak keduanya) aja. Soale kan Budhe masih kerja.
Mama : Orang deket kok Mba kantor Budhe sama SMA 3
....

Anak seumur sepupuku lho ini, belum genap 16 tahun, sampai akhirnya dia yang memberanikan diri untuk meminta sesuatu ke oranglain yang bukan orangtuanya,
Dia yang dulu hidupnya serba ada, mana pernah terbayang keluarganya akan ada di titik ini
Terlintas dipikuranku pun engga. Miris

Flash back ke tahun 2006, awal ketika aku masuk SMA 3, aku hanya tau aku hidup berkecukupan, tidak berlebih, aku yang habis ditinggal Bapak, cuma tau kalau mama berusaha dengan tenaganya sendiri untuk menghidupi aku dan Fiya, seorang diri
Hidup hemat dan segala macam cara berhemat, Mama tempuh agar aku dan Fiya tetap bersekolah dan makan makanan yang tidak kurang sadikitpun
Aku bahkan tidak sampai meminta apapun ke orang lain yang bukan Mama
Aku bahkan tidak pernah telat membayar apapun yang sekolah minta
Aku bahkan masih sering mengeluh tentang uang jajan ku yang pas-pasan,
Aku bahkan masih sering iri melihat temen-temenku bisa ke mall seminggu sekali
Aku bahkan tak jarang minder

Dan sekarang,
Aku bahkan tidak sadar ada keluargaku yang begitu buruk keadaannya,
Yang kutau kemarin, cuma rutinitas kerja, rutinitas berbuka puasa dg supplier, rutinitas lembur, rutinitas bertemu teman-teman di mall, dan rutinitas mengabari mama
Aku memang kurang peka,
Nggak perlu jauh-jauh ke keluarga lain,
Mama yang makin kurus pun, batu kusadari perubahannya ketika iseng memijiti kakinya
Daging di tangannya makin mengecil, meninggalkan kerut dan gelambi di kulitnya
Mama yang usianya 54 tahun ini, tak terasa sudah 12 tahun hidup sendiri, 12 tahun tanpa Bapak yang setia mendengar curhatannya tiap malam sepulang kantor dulu
12 tahun berjuang sendiri hanya untuk kedua anaknya yang sering tak tahu diri.

Maa.. rasanya pingin cium mama terus.. peluk mama terus..
ada di samping mama terus.

Dari Mama kudengar hari-hariku di SMA itu tak lepas dari bantuan Allah lewat teman-teman dan saudara Mama juga
Mulai dari mendaftar, study tour ke Bali, sampai dengan les GO di kelas 3, semua berkat bantuan Allah lewat tangan saudara dan teman-teman Mama

dan kemudian aku ingat perkataan Pak Iwan, managerku, di salah satu hari terhoror kami karena ada part shortage, "Kalian itu ya, jangan pernah berhenti berbuat baik ya. Beruntung kalian orang-orang baik, makanya sering dapet bantuan, dapet keajaiban dan keberuntungan. Keajaiban dan keberuntungan itu yang sering kita perlukan di sini,"

What did you do so far, Ma?
Sampai Allah tak bosan memberi lebih dari apa yang rully dan fiya minta
Sampai Allah selalu mendengar apa yang rully dan fiya bisikkan
Sampai Allah senantiasa menuntut kedua gadis mama tak jauh dari jalan-Nya.

What did you do to them, Ma?
Hingga sampai dengan hari ini, rully dan fiya dikelilingi orang-orang yang baik,
yang melindungi, yang mengayomi, yang mengajari sepotong dua potong pengalaman berharga untuk bekal kami, yang mengajak kami ke jalan-jalan yang insyaallah diberkahi Allah

What did you do, Ma?
Hingga kami beruntung mengeyam nikmat-nikmat Allah yang belum tentu dirasa anak-anak lain yang lebih kurang sama keadaanya, ditinggal sesosok Ayah di hari-hari kami

Semoga.. kebaikan-kebaikan, kerelaan, dan keikhlasan Mama mengalir di tiap langkah kami, Ma.
Semoga.. tangis dan peluh mama berbalik jadi kebahagiaan di hari tua Mama, ya Ma.

and what makes me surprised a minute after?
Ada buliran air mata jatuh dari pelupuk matanya sesaat setelah ku kecup pipinya yang menirus,
ku kecup kedua pipi wanita terhebat-Ku.

Selamat Hari Raya Idul Fitri ya, Ma.
Sehat selalu, Ma.








No comments:

Post a Comment