Itu sekiranya yang dipikirkan orang berpikiran dangkal macam diriku,
ketika ia dapat menghirup udara bebas di hari-harinya tanpa sesak nafas
ketika ia dapat menggerakkan milyaran sel di tubuhnya dengan otak waras
ketika ia bebas, mengikuti instingnya, mengikuti jejak orang-orang hebat yang diketahuinya
mengikuti hasratnya
Tanpa tahu tujuannya.
Tapi bisakah sedikit membela diri, kalau itu bukan aku. :)
Ketika seorang teman berkata, "Finally, my life is back, Ruuuu." sambil berpelukan ala film perancis yang sedikit elegan (sungguh ngga rela jika harus disamakan dengan pelukan teletubbies)
Aku senang. Sangat senang. Senang yang tulus, bukan senang yang terpaksa.
Bersyukur diberi perasaan yang mudah empati ini, dalam artian gampang(an) ikut merasa senang jika orang-orang disekeliling kita senang.
Di samping itu, aku seperti berkaca 5 bulan yang lalu, ketika tempatku adalah tempatnya sekarang
Aku senang ketika ada seseorang saja, entah penting atau tidak, entah sahabat atau bukan, bisa mengerti apa yang kuputuskan saat itu
Maybe your life is totally back, but actually a life is about going forward.
So, how you can deal with it while you're going back?
Life is about changing
Everything's changing
Everybody's changing
Even the world's changing. (red: evoluting, for a cool name)
So, Let's changing.
The first, change your goal. Your truly goal(s).
Kalau memang lebih suka mengajari anak-anak di pedalaman sana, kenapa harus terpaksa datang ke pesta-pesta mewah nan enak makanannya.
Kalau memang tawa itu bukan di pesta-pesta mewah nan enak makanannya, kenapa tidak untuk menjajankan 1 atau 2 anak jalanan itu sebungkus McD paket super panas.
Kalau hasrat itu bukan milik gedung bertingkat, kenapa masih rela untuk berlama-lama di dalamnya.
Hidup kadang tak realistis. Memang
Tapi sulitkah menggerakan indera ini untuk melakukan hal-hal kecil yang nyata.
Apalagi hal kecil itu adalah sebagian besar dari tujuanmu.
Ubahlah sesuatu yang salah darimu dulu. You just have to admit it.
Fyi, you never get back your own life.
ketika ia dapat menghirup udara bebas di hari-harinya tanpa sesak nafas
ketika ia dapat menggerakkan milyaran sel di tubuhnya dengan otak waras
ketika ia bebas, mengikuti instingnya, mengikuti jejak orang-orang hebat yang diketahuinya
mengikuti hasratnya
Tanpa tahu tujuannya.
Tapi bisakah sedikit membela diri, kalau itu bukan aku. :)
Ketika seorang teman berkata, "Finally, my life is back, Ruuuu." sambil berpelukan ala film perancis yang sedikit elegan (sungguh ngga rela jika harus disamakan dengan pelukan teletubbies)
Aku senang. Sangat senang. Senang yang tulus, bukan senang yang terpaksa.
Bersyukur diberi perasaan yang mudah empati ini, dalam artian gampang(an) ikut merasa senang jika orang-orang disekeliling kita senang.
Di samping itu, aku seperti berkaca 5 bulan yang lalu, ketika tempatku adalah tempatnya sekarang
Aku senang ketika ada seseorang saja, entah penting atau tidak, entah sahabat atau bukan, bisa mengerti apa yang kuputuskan saat itu
Maybe your life is totally back, but actually a life is about going forward.
So, how you can deal with it while you're going back?
Life is about changing
Everything's changing
Everybody's changing
Even the world's changing. (red: evoluting, for a cool name)
So, Let's changing.
The first, change your goal. Your truly goal(s).
Kalau memang lebih suka mengajari anak-anak di pedalaman sana, kenapa harus terpaksa datang ke pesta-pesta mewah nan enak makanannya.
Kalau memang tawa itu bukan di pesta-pesta mewah nan enak makanannya, kenapa tidak untuk menjajankan 1 atau 2 anak jalanan itu sebungkus McD paket super panas.
Kalau hasrat itu bukan milik gedung bertingkat, kenapa masih rela untuk berlama-lama di dalamnya.
Hidup kadang tak realistis. Memang
Tapi sulitkah menggerakan indera ini untuk melakukan hal-hal kecil yang nyata.
Apalagi hal kecil itu adalah sebagian besar dari tujuanmu.
Ubahlah sesuatu yang salah darimu dulu. You just have to admit it.
Fyi, you never get back your own life.
No comments:
Post a Comment