Friday, July 19, 2019

9 : a very Happy Birthday, N!

"Happy Birthday, Kana!"
"Happy Birthday, Nay!"
"Selamat Ulang Tahun, wanitakuuuu,"
"Selamat Ulang Tahun, Bujang!"
"Selamat Ulang Tahun ya, dek Naya."
"Barakallahu fii Umrik, Nay."
"Widihhhh... 26 nih. Masih single yah? Sini sama abang aja,"
"Happy Birthday, mbeeepp!!"
"Cilllll... ulang tahun kau! Ih tuir nya kau udah 26 tahun aja,"
Kanaya Fortunia, gadis yang disebut dengan beragam nama hari ini, tepat menginjak 26 tahun. Pagi ini, beberapa teman kantornya cukup heboh menyalaminya. 
Tradisi formalitas adat ketimuran yang memang kerap ia jumpai ketika sedang ada yang berulang tahun. Diingatkan lagi akan umur kita yang berkurang, 
Diperingatkan lagi akan fase hidup yang belum kita lalui, nikah, atau punya anak , atau kapan punya anak kedua? atau untuknya, kapan punya pacar? atau kapan akhirnya nerima lamaran mas mas dari kantor sebelah.
Eh.
Tak berlangsung lama ritual itu, hanya beberapa menit sesaat sebelum dan selepas meeting pagi, kemudian suasana hari kamis menjadi sama seperti hari yang lain.
Ia dan teman-teman satu teamnya harus berkutat dengan daily order ke vendor hingga part sampai ke gudang raw material dengan tepat jumlah dan tepat waktu.
Ditambah weekly meeting dengan team moving plant project dan diminta laporan keuangan bulan ini.
Jadi yang belum tau moving plan project itu Proyek apa?
Sesuai namanya aja ya, yaitu proyek perencanaan perpindahan Plant/ kali ini beberapa line produksi ke pabrik baru atas alasan cost dan internal capacity.
Bukan di subcount-kan ya. Moving Plant yang dipindahkan hanya line produksi nya aja, masih di satu perusahaan dan satu managemen.
Sebagai bagian dari Production Control sebuah pabrik manufaktur, peran Kanaya di sini memastikan bahwa raw material  yang berasal dari berbagai vendor itu mampu memenuhi kebutuhan perusahaan selama pembuatan buffer stock, dimana buffer stock ini akan digunakan sebagai Finish Good untuk delivery ke customer selama masa perpindahan yang mengharuskan line production off < tidak bisa menghasilkan barang sama sekali>.
Feel dizzy already?
Persis, sama seperti Kanaya siang ini. Semua ritual di Kamis siang ini menarik Kanaya dalam ingatan yang bisa melupakan hari spesialnya, atau bisa dibilang hari yang ia ingin jadikan salah satu hari spesial untuk nya. 
"Kasian tuh Argi, lagi ada masalah sama customernya. Jadi tahanan Babe tuh hari ini," ucap Mbak Dania selepas makan siang.
"Oiya? Sama Mas Tama juga lagi di line terus hari ini dia. Kayaknya ada yang udah delay delivery deh" hati Kanaya padahal melengos keras,ia sadar, tak ada yang membuat Argi lebih fokus ke hal lain dibanding kerjaan. Termasuk pertemananannya dengan Kanaya. 
Hari ini, hari dimana Kanaya dan asanya bersaut-sautan di balik bilik kerja
Asa tentang bagaimana Kanaya yang disambut baik teman-temannya
Asa tentang pekerjaan yang bisa dihadapinya dengan senyuman
Asa tentang hadiah super sederhana tetapi begitu menyenttuh hati, dari sahabatnya
Asa tentang bagaimana dia dan Argi bisa ada di satu ruang dimensi yang sama,
seperti 8 bulan yang lalu di sebuah kedai sop buah,
seperti 7 bulan yang lalu di taman jogging sebuah sekolah
seperti 6 bulan yang lalu di sebuah kereta Bogor - Bekasi - Bogor yang hanya ditemani minuman masing-masing, yang bisa berbagi bersama,
yang menjadikan jarak menjadi tak kasat
yang menjadikan waktu menjadi amat singkat
Kanaya sadar,
Asa dan Argi adalah dua kata menjadi bibit rindu yang mungkin hanya dia yang rasa.

                                                **********

Pukul lima lewat sepuluh menit saat langit menjingga dan bagaspati meredup sore ini.
Kanaya yang bisa kabur dari ruang meeting 6m x 7m itu langsung melangkahkan kakinya ke minimarket di kantornya.
Setelah ritual menye bersama mama tercinta di telepon, ia kembali tenggelam di rutinitasnya yang membuat ia lupa hari spesial yang merenggut waktunya ini. Sampai..
"Hei, birthday girl.!" ucap suara di belakang.
"Eh lo, Di. Tau aja." Kanaya sempat besar kepala membayangkan hari ulangtahunnya sampai ke departemen lain.
"Kita kan temenan. Di semua sosmed, Kanaya. Jangan geer deh,"
"Yaudah kalo gitu, mana birthday giftnya?"
"Nih.. nih.. " tak lama Ardi merogoh kantongnya. Diberikannya kepada Kanaya 2 buah coklat mini Hershye's," Jangan dilihat dari kecilnya. Dont judge a chocolate by its size." dengan bangga Ardi memberikannya ke tangan Kanaya.
"Yeeeee... ini kan oleh-oleh Babe dari Spore. Dasar!"
"Loh, kok ngga bersyukur sih. Liat dong keihklasan gue,"
"Bisa banget ya nih orang. Anyway, thanks Di. Eh besok Jumat ada acara, nggak?"
"Kenapa? Mau ngajak ngedate? With my pleasure!"
"Bukaaaan. Ih bawel juga ya nih anak," tak lama untuk menyadari seseorang yang Kanaya kenal, berjalan melewati mereka,
"Mas Argi!" panggilnya spontan.
"Eh, Hai, Nay. Halo, Di"
"Hahaha..kaku banget sih kalian. Katanya Kakak Adek,"
Yang disambut senyum sekenanya dari kedua makhluk adam di samping Kanaya. Ia baru menyadari hubungan satu darah itu sepertinya tak seperti yang dibayangkan. Tak seperti bayangan Fred dan George di Harry Potter. Apalagi jika dibandingkan dengan Kanaya dan Kinar, seperti nya mendekatipun tidak.
"Minggu ke rumah ya, Di. Mama mau ngajak makan di luar."
"Ok."
Dan atmosfer canggung bin senyap pun menyelimuti ketiganya. Di gazebo samping minimarket ketiganya sibuk dengan makanan dan minuman yang ada di tangan masing-masing.
"Mas Argi, sibuk banget ya hari ini? Sampe basah gitu kemejanya," pertanyaan putus asa akhirnya keluar juga dari mulut Kanaya. Sesal hinggap di benak Kanaya seolah dia perempuan paling bodoh di dunia, yang disyukuri oleh dua adam di depannya.
"Retoris ya pertanyaannya. Nggak tau apa sampe daleman-daleman gini basahnya."
Ardi hanya bisa tersenyum simpul.
"Ah, biasanya juga sok sibuk doang."
"Enak aja. Kerja beneran nih. Dikerjain Babe, dikerjain orang produksi, dikerjain customer. Lengkap! Eh iya, selamat ulang tahun lho, Nay."
"Wooh..dikira lupa," ujarnya bungah sambil menyambut salaman lelaki di depannya.
"Dikurang-kurangin tuh keras kepalanya,"
"Siapa sih siapa yang keras kepala? aku orangnya nurut gini,"
Argi yang tak setuju hanya menjenggung Kanaya pelan di kepalanya.
"Eh, duluan ya. Masih kudu report ke Babe lagi ini,"kata Argi mengarahkan pandangan ke keduanya.
"Hahaha..cian banget lah bosku satu ini. Semangat mas!"
Selepas kepergian Argi, Kanaya langsung menatap Ardi dengan keingintahuannya yang meledak-ledak.
"Lo sama Mas Argi ga akur ya, Di? Kok bisa sih sok jaim-jaiman gitu kalian? Kalian beda berapa tahun sih sebenernya?"
"Bawel ih, beraninya sama gue doang frontalnya. Tuh tanya sama Mas Argi lo."
"Ish, sensitif banget. Ayo cerita dong, Di."
"Kepo!"
"Ish, Ardii. Ngga inget masa-masa OJT lo disini siapa yang bantuin bikin tugas-tugas lo?"
"Dasar pamrih!"
"Ish, Ardi. Ngga inget masa-masa ID card lo belum bisa dipake, siapa yang nraktir lo di minimarlet,"
"Itu gue nggak minta ya. Lo yang maksa nraktir gue. Dasar pamrih banget ini cewek!" ditimpuknya buku agenda Ardi ke kepala Kanaya, membuat poni miringnya berantakan.
"Ardiiii!" protes Kanaya yang membuat Ardi terbahak-bahak melihatnya.
"Kanaya,"
Panggil salah seorang lelaki yang sudah berdiri di depan mereka berdua.
"Eh, mas Indra." jawab Kanaya setelah keceriannya yang selalu menguap bersamaan dengan datangnya lelaki itu.  Gerindra Hakim. Salah satu supervisor di departemennya yang terkenal pendiam dan sedikit unik. Dengan pemikirannya yang  out of the box, kadang membuat orang-orang di sekitarnya tak bisa langsung menerima.
"Nay, nanti kamu pulang jam berapa, Nay?"
"Belum tau sih, Mas. Kayaknya malam. Ada apa, Mas?"
"Nanti bareng saya aja, Nay."
"Em.. aku udah ada janji sama Ardi, Mas. Mau cari kado buat Kiting soalnya. Ya kan ya, Di?" Kanaya
"Iya, Mas Indra. Mas Indra tau sendiri kan si Rizal gimana. Bisa rungsing dia kalo ga dikasi kado."
"Tapi ini hari ulang tahun kamu, Nay. Kamu ngga ada acara apa-apa gitu?"
"Enggak, Mas. Ya paling cari kado aja buat Kiting."
"Em.. kalau gitu saya temenin kalian ya cari kado. Pulangnya saya antar kamu pulang, Nay,"
Nada penegasan itu jelas bukan meminta persetujuan keduanya.
Ditetapkan sudah, Kanaya malam ini pulang diantar Indra. Gerindra Hakim. Yang membuatnya penasaran topik unik apalagi yang akan dia bahas di mobilnya. Ingatan terakhir yang membuat perempuan itu benar-benar malas berinteraksi apalagi berduaan dengan Indra adalah diskusi unik masalah bumi bulat atau datar di jam 10 malam, setelah meeting bulanan yang panjang mereka lalui.
Luar biasa, bukan.

                                                 ************
Lagu Vertikal Horizon mengalun di mobil sambil memecah jalanan Jakarta Timur, saat keduanya masih hanyut dalam diam.
Si perempuan memilih memejamkan mata demi menghindari diskusi panjang tentang malam ini, tentang kado Kiting yang sudah dibelinya tadi, tentang perannya sebagai mahasiswi tingkat akhir dan assisten penulis novel yang skenarionya sedang diangkat ke layar lebar.
"Nay, udah sampai."ucapnya
Kanaya membuka pelan matanya, "Oiya, alhamdulillah." ujarnya kemudian mengambil beberapa barang di kursi belakang dan kemudian siap turun."
"Thanks ya, Mas Indra. Naya pamit dulu,"
"Nay, sebentar," kemudian dengan cepat Indra mengambil sebuah bungkusan dari kursi belakang dan menyerahkannya ke Kanaya.
"Apa nih?"
"Kado buatmu. Selamat ulang tahun ya, Nay."
"Eh, nggak udah repot-repot, Mas."
"Engga repot kok. Tolong diterima, ya."
"Em.. ok. Terimakasih, Mas anyway. Bukanya di atas aja, ya. ga harus di sini, kan?"
"Iya gapapa di kamar kamu aja, Nay. Naya, ngomong-ngomong..."
Ada jeda yang muncul diantara ucapan Indra yang membuat Kanaya sempat was-was.
"Saya mau serius sama kamu, Nay. Saya mau kenal lebih jauh sama kamu, sama keluarga kamu. Saya rasa, kamu orang tepat buat saya."
Seketika was-was Kanaya berubah menjadi lonjakan hormon norepinephrine.

                                                   ************

Kanaya menutup pintu kamarnya dengan nafas tersengal. Masih kaget dengan adegan Katakan Cinta-KW dari mas-mas departemen sebelah, tak lama kemudian ia menerima panggilan video call dari si empunya hati. Tepat 5 menit sebelum malam hari ulang tahunnya berakhir.
"Nay..."
"Iya,??"
"Baru pulang kamu?"
"Em... iya ini mas. Baru pulang cari kado buat kiting."
"Em... cari kado apa habis dapet kado-kado dari orang-orang?" sindirnya
"Ish.... habis nungguin dari Mas Argi lamaaa..capek...makan ati,"
"Jangan tidur dulu ya, Nay. Baca email kamu, tadi ada titipan kerjaan dari Tama,"
"Seriusan banget ini kerjaan?? Yaampunn..kalian yaa... paling pinter ya bikin orang menderita di hari ultahnya..hhhhh"
"Sorry to say this, but  be a professional one, okey?"
"Okey" ujarnya gadis itu kesal. Kemudian menutup sambungan teleponnya setelah orang di seberangnya memberi salam.
Sebuah video bertengger di email nya dari email Argisara Mahendra dan perlu waktu 2 menitan hingga video sempurna di donwload.
Masih dengan Kanaya hati yang mangkel, Kanaya melihat lelaki di video senyam-senyum random. Berlatar kamar tidurnya dengan jaket biru dan sehelai kaos tergantung, lelaki berbalut kemeja kotak-kotak itu memamerkan serentetan gigi putihnya.
Masih dengan senyum lebar, Argi membawa kertas bertuliskan,
Hey, Nay...!!! ^ . ^  sambil menunjuk ke arah kamera. Sontak membuat gadis itu menutup mulutnya yang menganga kaget. Kemudian lelaki di video mulai membalikkan kertasnya A4 putih.
Today in your special day...  
I'm sending you a smile x.x w/o sugar ... kali ini dengan gaya nya yang sok manis (tapi manis beneran ini sih ya) ia mengacungkan telunjuk kirinya ke pipi kirivyang dipaksa berlesung itu setelah membalikkan lagi kertas yang berisi tulisan tangan itu.
and I'm sending these text to say .... gayanya berganti sok mikir kanan lalu ke kiri, membuat double chin yang kerap ia sembunyikan terlihat jelas.
a very happy, Nay! ... kali ini gantian telungkup kanannya yang menyentuh pipi (masih dengan gaya sok manis) , kemudian bibirnya berucap Happy Birthday tanpa suara.
You're not 26 y/o, you're 17 w/ 9 years experiences.
Have a wonderful time ahead.... Cheer up! ..  bersamaan dengan badannya yang bergoyang ke kanan dan kiri tanpa canggung.
My wish for you , is that your birthday wishes come true.. Aamiin..
From : Mas Argi... 
dan diakhiri ucapan happy birthday tanpa suara dari Argi, menyusul lambaian tangan dan senyum tersungging di lelaki yang serta-merta membuat bungah hati Kanaya di malam penghujung hari jadinya.
Kemudian diulanginya video itu. Entah mulai kapan sesak memenuhi dada. Simultan dengan air matanya yang menuai di ujung mata.
Argi kembali menelepon..
"Halo.."
"Iya, Halo."
"Suka nggak?"
"Sukaaa kook," ujar si love bird yang tak bisa lagi ia sembunyikan bahagianya," Makasih, Gi. Kapan ambilnya? berapa kali 'take' nya nih?"
"Baru tadi. Emmm.. 4x kalo ngga salah deh, Nay. Aneh ya,"
"Iya aneehhhh... tapi suka. Gimana dong?"
"Ngga usak kepaksa gitu sukanya."
"Ish... Actually I dont expect anything from you sih, Gi. Soalnya ada yang sibuk banget di kantor sampe mandi gitu kan,"
"Hah kok tau sih?"
"Hmmmmmm... Anyway thank you, have a wonderful time ahead, too yah. "
"Iyaa..yaudah, yok tidur. Atau lagi nunggu kado dari seseorang?"
"Gii... udah malemmmm... Nggak usah bikin kesel orang deh basa-basinya,"
"Hahaha.. Oke..okee..,"
"Yaudah, dah. Good night, Nay,"
"Good night, Mas Argi yang jago acting. Hahahaha,"
"Hahaha.. anyway again, A very happy birthday, Nay!"

Malam itu, malam dimana Kanaya sangat butuh pegangan untuk memijakkan kakinya di tanah dan pikirannya di bumi, agar tetap sadar ia tak boleh banyak berharap.
Apa daya, namanya juga perempuan yang sedang kasmaran.

Di ulang tahunnya ini, kali pertama ia minta dipertemukan si empunya hati lagi,
Di dalam mimpi,..









No comments:

Post a Comment