Wednesday, March 14, 2018

6 : People change, but you do not

People change for two main reason :
Ia sadar akan dirinya yang harus diperbaiki atau ia sudah merasakan patah hati.
Dan biasanya keduanya berkorelasi satu sama lain.

I give you, Steve Jobs with Apple brand and Mark Zuckerberg with Facebook
yang karena patah hati karena pernah drop out dari kantor dan kampusnya,
they find something bigger to maximize a social connection by internet.
Then I give you, Philip Collins with Against All Odds and Adele with Someone like you.
yang patah hati karena harus berpisah sama sang istri dan ditinggal si tunangan,
they write a great lyric songs until it can shake all heart in the edge of universe.

But for people who don't change even they ever ever felt both those things?

Kanaya
"He doesn't giving you any respect. Or to anyone. Paham?"
Aku terdiam. Mungkin benar kata si kiting yang sedang mengunyah kuaci di depanku ini.
"Logika aja deh, you ever told about your feeling ya Babe, then he knows well the feeling you had. Ditambah cerita-ceritanya dulu tentang geng mantans yang kebanyakan akhirnya ditingga kawin? and still he doesn't change. Semacem mana deh pria itu"
Percayalah. It hards to do.
"Go find someone else outhere, Nay. Seriously."
"Iyaaahh, Ting, I am. In the middle of finding."
"Bagus!'
"But in the middle of finding, we'll meet barriers and mistakes, won't we?"
Dilepehnya si kuaci dan bijinya ke tisu terdekat yang bisa cowok itu jangkau. Matanya menatap galak ke arahku. Aku tahu, aku bukan teman tertangguhnya.
"Bagus! Dapet darimana kata-kata itu? Terus-terusin aja ketemu si barriers sama si mistakes. Sampai lo sadar, you waste your time?"
"Then helps me to find another guy"
Si Kiting cuma melirik, tersenyum ganas, aku pun langsung paham
"Hahhahaa.. big No. Ngga mau ah sama ituu.."
"Yaudah sama gue aja!" langsung tangannya terbuka lebar ke arahku yang mungil ini.
"BIG NOOO!"
"Eh, you know what, I've invited to attend launching buku barunya Ibu Suri doooong." kataku sumringah level 10.
"Ehhhh, how come?"
"Diajak sih sama Mba Renita. Hadiah gue kemarin on deadline dan dia puas sama revisian gue, Ting."
"Wihhh.. that's ma guurrl." si kiting kegirangan. Dibuat berantakannya rambutku.
Aku cengar-cengir membayangkan bisa bertemu Ibu Suri, penulis novel kesukaan, kesayangan dan favoritku. Favorit semua orang sih lebih tepatnya.
"Nay, why don't you change your priority?"
Kenapa, Nay? Kenapa masih saja membuatnya jadi prioritasmu? Bukannya sudah kamu coba ganti dengan aktivitas yang lain.
Kenapa kamu senang sekali memperumit hal yang sudah pasti tidak ada ujungnya, Nay?
Kenapa kamu pandai memperumit jawaban yang sebenarnya mudah untuk diucap?
"I did.."
"Don't make him your priority, if you remain his option, Nay."

Argi
What did you do, Gi? Could you please stop for being shit?
You made her laugh, then you made her cry.
You care about her, about the others too.
Ya Allah, Ma, kenapa Argi seakan tidak punya kuasa atas apa yang Argi lakukan?
Mungkin benar, bukan hanya kamu yang jadi perhatianku.
But I care about you most.
Kamu..
Tawamu, idemu, pikiran randommu, keluhan kecilmu tentang kuliah dan teman-teman brondongmu, euforiamu untuk safari coffee shop, kesenanganmu tentang menulis yang rasanya kepingin aku plester saja bibirmu supaya berkurang keceriwisanmu itu, kehebohan dan kepanikanmu yang sedang dilanda deadline dari Mbak Renita.
Lihat, apa yang sudah kamu perbuat. Aku tak hentinya tersenyum menatap langit - langit kamar yang kosong hanya dengan mengingat pose tidurmu saat itu.
Ahhh, perempuan itu.
Kenapa kamu yang akhirnya bisa membuat waktu itu terasa nyaman buatku?
Kenapa kamu yang bisa menyita minggu-minggu menuju Bloody Monday terasa begitu seru?
Bahkan kenapa kamu dan kumpulan ekspresimu itu yang kucari saat jam-jam di kantor menjadi kelabu?
Tapi, kenapa harus ada pengakuan darimu, Nay? Bukankah waktu itu kita sedang baik-baik saja.
Sedang paling baik-baik saja malah diantara waktuku di rumah, waktu di kantor dan waktuku yang diteror beberapa perempuan itu.

Anyway, terimakasih Nay untuk kegirangan saat bertemu musisi jass favoritmu, untuk kegemaran mengeksplor tempat baru yang sudah lama kukesampingkan, untuk kesediaanmu diajak nonton film horor meski aku hanya ingin melihat ekspresi takut setengah mati itu, untuk kelapanganmu menerima orang-orang di sekitarmu, untuk antusiasmu belajar dariku yang sok tahu dan sok bisa ini walaupun rasanya kepingin kuacak-acak rambut dan ponimu saking keras kepalanya kamu,
Terimakasih juga atas pengakuanmu, untuk kesabaranmu. Juga pengertianmu. Akan aku.
Lihat Nay, kamu perempuan paling dekat denganku saat ini yang berhasil membiarkan duniaku kau masuki.
Aku bahkan benar-benar peduli tentang kamu. Makananmu. Kebiasaanmu. Duniamu.
Bukankah perhatian dan rasa nyaman akan membawa kita mudah untuk jatuh cinta?
Lalu apalagi yang kamu perlu, Gi?
Bukankah pengalaman yang lalu pernah mengajarimu untuk tak mengulang lagi sikap itu?
Apa bedanya Argi yang sudah sampai titik ini dan Argi yang 3 atau 4 tahun dulu?

Kamu memang belum berubah Argisara Mahendra.

Please be patience any longer, Nay.
Rest if you're tired. But don't give up on me.
Don't let those light off of you.

                                                                                ***
People change for two main reason :
Ia sadar akan dirinya yang harus diperbaiki atau ia sudah merasakan patah hati.
Keduanya memang harus berkorelasi satu sama lain.

But for people who don't change even they ever ever felt both those things?

Ia hanya butuh extra waktu.
Dan setiap orang membutuhkan extra waktu yang tak sama.

No comments:

Post a Comment