Friday, November 8, 2013

AKU, MANUSIA IDIOT ABAD 21! part #2

Congratulation!
Sekali lagi kuucapkan, selamat menjadi manusia idiot hari ini!!

Setelah dijejali euforia idiot versi ku di halaman sebelumnya,
Aku disini akan mengajak kalian ke sebuah ruang, dimana science ada untuk mengubah non fiksi menjadi nyata, sangat dekat dengan kita.

(Dikutip dari Novel Supernova : Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh : 126)

"....Dari sudut pandang fisikawan, semesta tak lebih dari sup kuantum yang membombardir indra kita dengan miliaran data setiap menitnya. Jumlah yang sebegitu adalah chaos, jadi harus bisa diorganisasi ke dalam angka yang terkendalikan. Di situlah otak mengambil peran.
Dengan tujuh respon dasarnya, otak tidak hanya menjaga kewarasan, tapi juga mampu menyuguhkan seluruh semesta.

Pertama, respon hidup dan mati. Respon paling dasar. 
Bahkan, kutu rambut pun memilikinya, Lewat respon ini, hidup di proyeksikan sebagai rimba perjuangan, dan tujuannya satu, bertahan hidup.

Kedua, respon reaktif. Ini adalah upaya otak menciptakan identitas.
Setelah melewati tahap pertama, maka muncul kebutuhan yang lebih kompleks, yakni ke-aku-an, kepemilikan. Ini jugalah perkenalan pertama kita dengan konsep kekuasaan, aturan dan hukum.

Ketiga, respon relaksasi. Di tengah hiruk pikuk dunia materi, otak yang senantiasa aktif pun menginginkan kedamaian. 
Ia ingin tenang, dan ia ingin yakin bahwa dunia luar bukanlah sumber segalanya.

Keempat, respon intuitif. Pada tahap ini, ia mulai bersandar pada apa yang ada di 'dalam'.

Kelima, respon kreatif, manusia dimampukan untuk mencipta, mengeksplorasi fakta.
Kemampuan ini datang dalam momen yang penuh keajaiban, yang sering kita sebut inspirasi.
Kita berkaca pada Sang Pencipta, atau apa pun istilahnya, dan melalui refleksinya kita mencicipi peran sebagai kreator.

Keenam, respon visioner. Otak memiliki kemampuan kontak langsung dengan kesadaran murni yang sama sekali tidak ditemukan di dunia materi. Pada level inilah terjadi apa yang namanya mukjizat atau fenomena-fenomena magis.

Ketujuh, respon murni. Otak kita berawalkan dari satu sel yang tidak memiliki fungsi-fungsi otak. Ia berawal dari satu cercah kehidupan. Tak terkategorikan. 
Sekalipun ada sistem saraf kompleks dan miliaran neuron yang bergantung pada otak, tapi otak sendiri tidak kehilangan akarnya pada kemurnian. Itulah sumber sesungguhnya.
Sesuatu yang tidak perlu berpikir, tetapi ada.

Melalui ketujuh respon ini, manusia melihat dunia terbentang untuknya.
Dan, apa yang ia lihat bergantung dari respon mana yang ia pergunakan.
Otak adalah alat yang disediakan bagi kita untuk bermain dengan hidup. 
Permainannya sendiri? Terserah Anda..."

"....Mereka bilang, masa lalu dan masa depan hanyalah distraksi, menarik kita ke dalam abstraksi mental yang tidak nyata. Tidak ada yang lebih penting dari saat ini. 

Karena itulah momen dimana potensi termanifestasi hanya pada momen kini  yang kita mampu merasakan masa lalu dan mewujudkan masa depan. Momen kini selalu memperbarui dirinya tanpa batas.
Tapi, begitu kita terjebak dalam waktu linier, maka kita akan selamanya mengambang di pemahaman hidup yang paling dangkal.

Jadi untuk apa kita menyesali masa lalu dan mencemaskan masa depan?.."

Mungkin untuk Anda yang sudah membaca novel ini, tidak asing dengan kalimat" ajaib di atas.
Tapi, sudahkah menemukan esensinya?

Nah, sepenggal scene ini cukup membuatku fokus membolakbalikkan halaman.
Butuh beberapa kali membacanya dulu, sampai semuanya terpapar jelas dihadapanku.
Tak kasat mata. Tapi nyata.
Seperti ada benang merah virtual, ditambah potongan-potongan memori yang sejalan dengan sepeggal scene itu. Kusebut teori Mestakung.

Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban
"Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?"
Bahkan dalam surah Ar Rahman pun, ayat ini selalu ditulis berulang-ulang.
Allah-ku dan Tuhanmu, sudah memberi kita semua yang kita butuhkan untuk melihat dunia ini.
Lebih spesifiknya, untuk hidup.
Dan berbagi hidup.

No comments:

Post a Comment